Rabu, 24 Oktober 2012

BETERNAK BELUT

WADAH DAN MEDIA BUDIDAYA BELUT
Belut merupakan binatang yang cukup unik, belut senang hidup pada lumpur atau campuran lumpur dan bahan organik yang berair. Dengan cara membenamkan diri di media lumpur  tersebut belut dapat melakukan kehidupan, pemijahan, merawat anak dan pembesarn.
Untuk melakukan budi daya belut, baik pembenihan maupun pembesaran maka persiapan media budi daya yang berupa wadah/tempat dan bubur lumpur harus disediakan dengan baik. Wadah dapat berupa kolam permanen, kolam terpal, drum/tong atau jaring. Sementara media bubur lumpur dapat berupa lumpur dan campuran bahan organik serta air yang dapat menggenangi media budi daya tersebut.
Untuk membuat kolam budi daya dengan baik dan tepat, perlu menyesuaikan struktur dan konstruksi kolam dengan sifat hidup belut.
Kolam tembok
Kolam tembok biasa digunakan dalam budi daya ikan, termasuk budi daya belut. Terdapat dua cara pembuatan kolam tembok, yaitu :
1)  Dibuat diatas permukaan tanah dengan dasar kolam sejajar atau rata dengan permukaan tanah.
2)  Di dalam tanah dengan cara melubangi  tanah dasarnya terlebih dahulu sehingga dinding kolam hanya terlihat beberapa sentimeter di atas permukaan tanah.
Konstruksi kolam dapat dibuat dari batu kali, batu bata, atau batako yang direkatkan dengan campuran pasir dan semen. Selanjutnya, kolam dilengkapi dengan saluran pemasukan dan saluran pembuangan air. Saluran pemasukan dibuat lebih tinggi dari saluran pembuatan. Adapun saluran pembuangan dibuat pipa berdiamter 8 inci dengan ketinggian kurang dari 10 cm dari permukaan tanag media belut. Dengan begitu, pembuangan air saat pemanenan sekaligus pengeluaran media budi daya dapat dilakukan dengan mudah melalui pipa pembuangan.
Sebelum digunakan kolam tembok dibiarkan beberapa minggu. Selain itu masukkan dan rendam sabut kelapa, daun atau pelepah pisang kedalam kolam yang berisi air. Selanjutnya lakukan cuci kolam minimal 3 kali atau sampai kolam tidak berbau semen. Pencucian dilakukan dengan menggunakan gosokan daun pepaya, daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang.  
Drum/tong
Untuk pemanfaatan lahan yang terbatas atau sempit, budi daya belut dapat dilakukan dengan memanfaatkan drum/tong, baik berupa drum plastik maupun drum seng. Namun suhu media budi daya berupa drum/tong cenderung panas, jika memilih drum berbahan seng, pilih yang tidak banyak berkarat dan bukan bekas penyimpanan bahan kimia yang berbahaya. Jika terpaksa, bersihkan drum/ting dengan baik. Sebelum digunakan, periksa drum dari kemungkinan kebocoran. Selanjutnya lakukan pengecatan pada drum agar tidak mudah berkarat.drum plastik mempunyai umur ekonomis lebih lama dari drum seng, karena drum seng apabila berkarat terus menimbulkan lubang. Kekuatan drum bisa mencapai 2 – 4 tahun.
Kolam jaring
Kolam jaring biasanya sering untuk budi daya ikan mas, nilam tawes dan lele, namun didalam jaring untuk budi daya belut, perlu media tanah lumpur dan bahan organik. Masa pakai kolam jaring tidak terlalu lama, hanya sekitar dua tahun. Cara pembuatan kolam jaring adalah :
  • Sebaiknya memiliki kedlaman air sama dengan tinggi lapiran media yang disusun secara bertumpuk kemudian ditambah ketinggian air dari permukaan media budi daya. Jika lapisan media budi daya setinggi 80 cm dan tinggi air 5 – 10 cm maka kedalaman air kolam sebaiknya sekitar 0,85 – 0,9 m. Disuahakan kolam yang digunakan dapat dikeringkan pada waktu pasca operasional.
  • Mata jaring yang digunakan berukuran kecil seperti karing yang digunakan untuk budidaya benih ikan. Jaring  dibuat berbentuk seperti bak atau koolam dengan sisi atas terbuka.
  • Dipasang pasak – pasak bambu setinggi ukuran jaring sebagai rangka penegak jaring.
  • Ikat antara sisi jaring yang ada talinya dengan pasak – pasak tiang bambu tersebut. Sekeliling jaring dilapisi karung plastik untuk menahan media lumpur, kemudian masukkan media budi daya.
Sebaiknya kolam yang digunakan untuk budi daya belut dengan jaring merupakan kolam yang agak tertutup atau beraliran air pelan. Kolam belut tetap membutuhkan adanya pergantian air untuk membuang gas atau buih dari hasil fermentasi atau dekomposisi bahan organik.
Kolam terpal
Kolam terpal termasuk kolam yang cukup praktis. Hal ini disebabkan kolam dapat dibuat di segala tempat. Hal yang perlu diperhatikan yaitu penyesuaian volume kolam karena berpengaruh terhadap beban yang ditanggung oleh kerangka, dan dapat digunakan hanya 2 tahun. Kolam dibuat dengan beberapa cara :
1)  Kolam terpal dengan kerangka pipa ledeng (Knock down) atau bambu.
2)  Kolam terpal di lubang tanah, dengan cara melubangi atau menggali tanah terlebih dahulu sedalam 0,5 – 0,75 m. Adapun luas galian tanah untuk kolam bervariasi. Lubang kolam dilapisi dengan terpal yang lebih lebar dari luas ukuran kolam
Mina padi
Sawah merupakan habitat alami belut sawah. Oleh sebab karakteristiknya sesuai, pembudidaya tinggal memikirkan cara agar belut tidak lolos keluar, mengelola air dengan baik serta memacu pertumbuhan belut dengan pengelolaan pakan yang baik. Teknik ini bisa langsung diterapkan disawah dengan bantuan jaring sebagai wadah, bisa juga menggunakan terpal dengan kerangka bambu. Kolam terpal dibuat masuk sebagian kedalam tanah, kemudian bagian atas media pemeliharaan belit ditanami padi.belut memerlukan tempat yang teduh sehingga pembudidaya perlu memasang peneduh di atas kolam budi daya. Peneduh dapat berupa shadingnet, anyaman bambum daun kelapa, daun alang – alang.
Sementara ini, pembudidaya belut lebih banyak menggunakan kolam tembok dibandingkan menggunakan kolam jenis lainnya. Selain permanen, ini dapat dgunakan untuk semua jenis kegiatan belut (pemijahan hingga pembesaran. Kolam drum pernah jadi primadona untuk budi daya belut karena dianggap praktis, mudah dan murah, sayangnya hasil  yang diberikan cukup mengecewakan sehingga kolam drum tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Setelah persiapan dan pemilihan wadah yang terpenting dalam budi daya belut adalah pemihan media pemeliharaan. Sudah banyak pembudidaya yang menemui kegagalan setelah beberapa bulan budidaya benih belut yang ditebarkan pada media sudah tidak ada atau tinggal beberapa ekor saja. Ini bisa disebabkan media pemeliharaan tidak sesuai lagi untuk belut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun mebuat komposisi dan timbunan media budi daya belut, yaitu :
  1. Gunakan bahan media terutama pupuk kandang yang telah matang, yaitu koran yang telah terdekomposisi selama beberapa bulan (jangan menggunakan kotoran yang masih baru) jika menggunakan kotoran kambing hancurkan terlebih dahulu. Akumulasi kotoran yang belum hancur dapat menyebabkan media pemeliharaan bersifat asam.
  2. Gunakan bahan media yang tidak menghasilkan banyak gas pada waktu proses fermentasi. Selain berbahaya dan menyebabkan kematian, media yang mengandung banyak gas tidak disukai belut.
  3. Ketinggian media organik budi daya berpengaruh terhadap pertumbuhan belut. Pada media yang dalam, bentuk badan belut memanjang dan agak kurus, sementara pada media budidaya yang dangkal, badan belut tidak begitu panjang tetapi lebih gemuk. Adapun konsumen lebih menyukai belut yang gemuk.
  4. Air kolam sebaiknya dibuat mengalir dengan tenang. Dengan begitu, suplai oksigen ke dalam air akan lebih terjamin.
  5. Belut termasuk hewan yang malas bergerak, belut menjadi cepat gemuk dan besar. Oleh sebab itu kolam budi daua sebaiknya tidak menggunakan air yang tinggi. Ketinggian air sekitar 5 cm di atas permukaan lumpur.
Adapun bahan yang sering digunakan dalam media budi daya belut diantaranya :
  • Tanah liat (lumpur), digunakan sebagai media pemeliharaan belut berperan sebagai penahan suhu media agar tidak panas. Tanah liat yang digunakan tidak kemapal dan ulettetapi liat berpori. Tanah liat dan berlumpur dapat diperoleh dari tanah permukaan sawah dan tanah tepian sungai atau rawa. Tanah liat yang kemapal dan ulet dapat mempersulit beut untuk membuat lubang.
  • Air, berperan sebagai pengatur kelembapan dan mengontrol suhu. Jika menggunakan air pam sebaiknya air diuapkan dahulu untuk menghilangkan kandungan kaporit dan klorin didalamnya.
  • Kompos, merupakan pupuk dari hasil pelapukan berbagai bahan seperti dedaunan, jerami, alang- lanag, rumput, kotoran hewan, maupun sampah kota. Proses pelapukan kompos dapat dipercepat dengan bantuan manusia yaitu dengan merangsang perkembangan bakteri penghancur dan pengurai.
  • Humus merupakan sisa tumbuhan berupa daun, akar cabnag, atau batang yang sudah membusuk secara alami dengan bantuan mikroorganisme.
  • Jerami termasuk bahan organik yang menyuburkan media budi daya, memiliki sifat hangat, dan dapat diperoleh dari sisa pemanenan padi di sawah.
  • Sekam padi merupakan hasil limbah dari kulit, lebih baik sekam padi yang digunakan telah diperam sekitar sebulan.
  • Dedak merupakan serbuk sisa tumbuhan padi, bahan ini cukup baik untuk digunakan sebagai media karena mempunyai nilai gizi yang cukup baik.
  • Gedebog/pelepah pisang, berfungsi menyerap gas atau racun yang timbul dari proses fermentasi media budi daya. Pelepah pisang kering berperan sebagai bahan organik media pemeliharaan. Sementara pelepah bahan mengandung kalsium, kalium dan magnesuium yang dapat berfungsi sebagai penyangga agar media tidak terlalu asam. Sebeum digunakan pelepah sebagiknya diperam terlebh dahulu selama satu minggu aghar tidak terlalu lama mengalami proses pembusukan dalam kolam budi daya.
  • Biotanah/mirostarter untuk merangsang dan mempercepat proses dekomposisi atau fermentasi bahan media budi daya, dapat dibeli di toko atau penyalur bahan – bahan pertanian.
  • Tanaman air, berguna untuk menjaga kelembapan kolam, tanamna yang digunakan yaitu eceng gondok, kangkung air, padi, kayu apu, lumut atau ganggang. Eceng gondok tidak baik untuk kolam air diam (tidak mengalir) karena menyerap oksigen pada mala hari dan meningkatkan kadar amoniak, dapat berkembang cepat dan gelembungnya dapat menetralisir air.
Ada beberapa alternatif penyusunan lapisan media pemeliharaan
Alternatif 1
  • Letakan tanah lumpur setinggi 20 cm
  • Pupuk kandang setebal 5 cm diatas tanah lumupr
  • Lumpur setebal 10 cm
  • Kompos setebal 5 cm diatas lumpur
  • Tanah lumpur setebal 10 cm
  • Jerami padi setebal 15 cm
  • Tuangkan mikrostater ½ liter dicampur dengan 20 liter air dan siramkan secara merata
  • Tutup kembali dengan tanah lumpursetebal 20 cm
  • Masukkan air setinggi 5 – 10 cm diatas media, selanjutnya tebarkan cincangan bartang pisang sampai menutupi seluruh permukaan kolam.
Alternatif 2
  • Total tinggi media sekitar 60 cm penyusunan sebagai berikut :
  • Cecahan jerami padi didasar setebal 30 %
  • Cecahan pelepah pisang setebal 10 % diatas jerami
  • Pupuk kandang setebal 40 %
  • Siram dengan larutan mikrostater
  • Tutup dengan tanah lumpur setebal 20 %
  • Aliri air hingga setinggi 5 cm
Alternatif 3
  • Tinggi total media 70 cm :
  • Tanah lumpur setebal 50 cm
  • Pupuk kandang setebal 20 cm
  • Air setinggi 3 cm
Alternatif 4
  • Total tinggi media sekitar 50 cm :
  • Tanah lumpur 80 %
  • Gedebog pisang busuk 10 %
  • Jerami busuk 10 %
  • Air setinggu 5 cm
Pembuatan media tanpa pupuk kandang dapat mempecepat proses fermentasi. Waktu pembuatan mediapun menjadi lebih pendek. Pada hari pertama penyusunan media diisi air. Pada hari ketiga air dikeluarkanb dan diganti air baru untuk menghilangkan getah. Tiga hari kemudian atau hari keenam ganti air kembali, setelah hari kesepuluh, ganti air kembali hingga getah benar – benar hilang dan masukkan tanmaan air. Beberapa hari kemudian masukkan belut kedakam kolam.
Pasang surut dalam usaha memang biasa. Namun dengan pengalaman, keuletan dan disertai semangat berinovasi, usaha akam membawa keberhasilan. Selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar